Jumat, 19 Juli 2013

ASKEB Bersalin kala 2



ASUHAN IBU BERSALIN KALA II
A.  Definisi
Yang dimaksud dengan kala II persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap ( 10 cm ) dan berakhir dengan kelahiran bayi, kala II juga di sebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Lamanya(durasi) kala II pada persalinan spontan tanpa komplikasi adalah sekitar 40 menit pada primi – gravida dan 15 menit pada multipara. Kontraksi selama kala dua adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu kira-kira 2 menit yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya
Sedangkan Asuhan pada ibu bersalin merupakan asuhan yang dibutuhkan ibu saat persalinan.
Tanda-tanda bahwa kala 2 persalinan sudah dekat :
a.       Ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran/doran)
b.      Perineum menonjol (perjol)
c.       Vulva vagina membuka (vulka)
d.      Adanya tekanan pada spincter anus (teknus) sehingga ibu merasa ingin BAB
e.       Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
f.       Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir

Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas
3) Terjadi perdarahan karena kappiler pembuluh darah pecah
g.Lightening Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk kedalam panggul. Penyebab dari proses ini adalah sebagai berikut .
1) Kontraksi Braxton hicks
2) Ketegangan dinding perut
3) Ketegangan ligamentum rotundum
4) Gaya berat janin, kepala kearah bawah uterus.

Masuknya kepala janin kedalam panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang
2) Di bagian bawah terasa penuh dan menganjal
3) Kesulitan saat berjalan
4) Sering berkemih
Diagnosis pasti :
a.       Telah terjadi pembukaan lengkap
b.      Tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kala II :
1.      Pemantauan Ibu
a.    Periksa nadi ibu setiap 30 menit
b.    Pantau frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
c.    Memastikan kandung kemih kosong melalui bertanya kepada ibu secara langsung sekaligus dengan melakukan palpasi
d.   Penuhi kebutuhan hidrasi, nutrisi ataupun keinginan ibu
e.    Periksa penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi
f.     Upaya meneran ibu
g.    Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping kepala
h.    Putaran paksi luar segera setelah bayi lahir
i.      Adanya kehamilan kembar setelah bayi pertama lahir

2.      Pemantauan janin
                    i.     Saat bayi belum lahir
a.    Lakukan pemeriksaan DJJ setiap selesai menera atau setiap 5-10  menit
b.    Amati warna air ketuban jika selaputnya sudah pecah
c.    Periksa kondisi kepala, vertex, caput, molding

                  ii.     Saat bayi lahir
Nilai kondisi bayi (0-30 detik) dengan menjawab 2 pertanyaan, apakah bayi menangis kuat dan atau tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak aktif atau lemas.







Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala 2 :
a.       Syok
b.      Dehidrasi
c.       Infeksi
d.      Preeklampsia/eklampsia
e.       Inersia uteri
f.       Gawat janin
g.      Penurunan kepala terhenti
h.      Adanya gejala dan tanda distosia bahu
i.        Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
j.        Kehamilan ganda/kembar

Persiapan penolong persalinan :
a.    Sarung tangan dan barier protektif lainnya
b.    Tempat persalinan yang bersih dan steril
c.    Peralatan dan bahan yang diperlukan
d.   Tempat meletakkan dan lingkungan yang nyaman bagi bayi
e.    Persiapan ibu dan keluarganya (asuhan sayang ibu, bersihkan perineum dan lipat paha,kosongkan kandung kemih, amniotomi dan menjelaskan peran suami/pendamping)
Penatalaksanaan kala 2 :
a.       Setelah pembukaan lengkap, pimpin ibu untuk meneran apabila timbul dorongan spontan untuk melakukan hal itu
b.      Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontrkasi
c.       Berikan pilihan posisi yang nyaman bagi ibu
d.      Pantau kondisi janin
e.       Bila ingiin meneran tapi pembukaan belum lengkap, anjurkan ibu untuk bernafas cepat atau biasa, atur posisi agar nyaman, dan upayakan untuk tidak meneran hingga pembukaan lengkap

B. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA KALA II PERSALINAN
1.     Kontraksi Uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel – sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan Segmen Bawah Rahim ( SBR ), regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus di perhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60 – 90 detik, kekuatan kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam, interfal antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

2.    Perubahan – perubahan Uterus
Keadaan Seggmen Atas Rahim ( SAR ) dan Segmen Bawah Rahim ( SBR ). Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif ( berkontraksi ) dan dindingnya bertambah tebal debgan majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri yan sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan ( disebabkan karena regangan ), dengan kata lain SBR dan serviks menngadakan relaksasi dan dilatasi.
3.      Perubahan pada Serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, Segneb Bawah Rahim ( SBR ), dan serviks.
4.      Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan, terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang dinding – dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas dan anus, menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.
5.      Perubahan Fisik Lain yan Mengalami Perubahan
1)      Perubahan Sistem Reproduksi
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini merupakan kontraksi otot fisiologisyang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan progesterone menurun kira – kira 1 – 2 minggu sebelum partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksi uterus. Kontraksi utrus mula – mula jarang dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan, kemudian menjadi lebih sering, lebih lama dan intensitasnya semakin kuat seiring kemajuan persalinan.
2)      Perubahan Tekanan Darah
Tekanan drah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg. Pada waktu – waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
3)      Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidratt meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktifitas otot. Peningkatan aktifitas metabolic telihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, denyut jantung dan cairan yang hilang.
4)      Perubahan Suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Perubahan suhu di anggap normalbila peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 – 1o C yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.
5)      Perubahan Denyut Nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantarakontraksi dan peningkatan selamafase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring bukan telentang. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih meningkat disbanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.
6)      Perubahan Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventelasi yang menunjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis ( rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing ).
7)      Perubahan pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliura menjadi kurangjelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama persalinan.
8)      Perubahan pada Saluran Cerna
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu penosongan lambungg menjadi lebih lama. Cairan tidak di pengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Lambung yan penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa tansisi. Oleh karena itu, wanita harus di anjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbulguna mempertahankan energi dan hidrasi. Mual dan muntah umum terjadiselama fase transisiyang menandai akhir fase pertama persalinan.
9)      Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata – rata 1,2 gr / 100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
6.      Perubahan Psikologis pada ibu Bersalin
Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan yang di terima wanita darri pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan pemberiperawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berada dan apakah bayi yang di kandungnya merupakan bayi yang di inginkan atau tidak.
Dukungan yang di terima atau tidak di terimaoleh seorang wanita di lingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek psikologinya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat nyerinya timbul secaraberkelanjutan.

C. MEKANISME PERSALINAN NORMAL
MEKANISME PERSALINAN
a.  Turunnya kepala dibagi menjadi dua yaitu masuknya kepala dalam pintu atas panggul, dan majunya kepala
b.  Pembagian ini terutama berlaku pada primigravida. Masuknya kedalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terkahir kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
c.  Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis, melintang dan dengan fleksi yang ringan
d.  Masuknya sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir, ialah tepat diantara simpisis dan promontorium, maka kepala dikatakan dalam synclitismus dan synclitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya
e.  Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak kebelakang mendekati promontorium maka posisi ini disebut asynclitismus. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan. Asynclitismus posterior ialah jika sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan. Asynclitismus anterior ialah jika sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang
f.  Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga panggul dan biasanya baru dimulai pada kala 2. Pada multigravida sebaiknya majunya kepala dan masuknya kepala kedalam rongga panggul terjadi bersamaan. Yang menyebabkan majunya kepala : Tekanan cairan intrauterin, tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan meneran, melurusnya badan janin oleh perubahan bentuk rahim
g.  Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan posisi, serta peneranan selama kala 2 oleh ibu
h.  Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu
i.   Desensus merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena adanya tekanan cairan amnion, tekanan langsung pada bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan pelurusan badan janin
j.   Fleksi, sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2 agar bagian terkecil masuk panggul dan terus turun. Dengan majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11,5 cm). Fleksi disebabkan karena janin didorong maju, dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan dorongan dan tahanan ini terjadilah fleksi, karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
k.  Putaran paksi dalam/rotasi internal, pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah sympisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar kedepan kebawah simpisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putara paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu kepala sampai ke hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasa panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam : Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala. Pada bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit yaitu pada sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genetalis antara M. Levator ani kiri dan kanan. Pada ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior
l.   Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter enteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala akan menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul
m. Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini terjadi pada saat lahir kepala, terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk lengkungan Carrus, yang mengarahkan kepala keatas menuju lubang vulva sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Bagian leher belakang dibawah occiputnya akan bergeser dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian memberi tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkan ekstensi kepala lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknay ekbawah dan satunya kerena disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas. Resultantenya ialah kekuatan kearah depan atas.
n.  Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah sympisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi hidung dan mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Subocciput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomoclion
o.  Rotasi eksternal/putaran paksi luar, terjadi bersamaan dengan perputaran interior bahu. Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang etrjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi. Restitusi adalah perputaran kepala sejauh 45á´¼ baik kearah kiri atau kanan bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
p.  Ekspulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah sympisis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahi mengikuti lengkung carrus (kurva jalan lahir)


D.  MENOLONG PERSALINAN SESUAI APN
Melihat tanda dan gejala kala 2
Mengamati tanda dan gejala kala 2
Menyiapkan peralatan pertolongan persalinan
a.       Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial yang siap digunakan. Mematahkan mapul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set
b.      Mengenakan baju penutup atau celemek plastik
c.       Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang megalir dan mengeringkan tangan dengan handuk 1x pakai/handuk pribadi yang bersih
d.      Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
e.       Menyiapkan oksitosin 10 unit kedalam spuit (dengan memakai sarung tangan) dan meletakannya kembali di partus set tanpa dekontaminasi spuit




Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
a.       Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT
b.      Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap (bila ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi)
c.       Mendekontaminasi sarung tangan
d.      Memeriksa DJJ setelah berakhir setiap kontraksi (batas normal 120-160x/menit)
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
a.       Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
b.      Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
c.       Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
Persiapan pertolongan kelahiran
a.       Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 4-5 cm, meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi
b.      Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
c.       Membuka partus set
d.      Memakai sarung tangan steril
Memulai meneran
a.       Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu pilihkan posisi yang nyaman
b.      Jika ibu merasa ingin meneran namun pembukaan belum lengkap, berikan semangat dan anjurkan ibu untuk bernafas cepat dan bersabar agar jangan meneran dulu
c.       Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantulah ibu memilih posisi yang nyaman untuk meneran dan pastikan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
d.      Jika pembukaan sudah lengkap namun belum ada dorongan untuk meneran, bantu ibu memilih posisi yang nyaman dan biarkan berjalan-jalan
e.       Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah pembukaan lengkap selama 60 menit, anjurkan ibu untuk memulai meneran pada saat puncak kontraksi, dan lakukan stimulasi puting susu serta berikan asupan gizi yang cukup
f.       Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit, lakukan rujukan (kemungkinan CPD, tali pusat pendek)


Cara meneran
a.       Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi
b.      Jangan menganjurkan untuk menahan nafas selama meneran
c.       Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan segera beristirahat diantara kontraksi
d.      Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada
e.       Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saay meneran
f.       Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri

Cara Meneran

Gambar posisi duduk dan setengah duduk

Gambar posisi merangkak dan miring

Menolong kelahiran bayi
a.       Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak mengahmbat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat saat kepala lahir
b.      Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa bersih
c.       Memeriksa lilian tali pusat dan jika kendurkan lilitan jika memang terdapat lilitan dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi
d.      Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
e.       Tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi kedua muka bayi
f.       Menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perienum tangan membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut
g.      Menelusurkan tangan yang berada diatas anterior dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan bayi baru lahir
a.       Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya
b.      Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat
c.       Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat/umbilical bayi
d.      Memegang tali pusat dengan satu tangan smabil melindungi bayi dari gunting, dan tangan yang lain memotong tali pusat diantara dua klem tersebut
e.       Mengganti handuk basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut bersih, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka
f.       Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya
Yang harus diperhatikan pada saat pengeluaran bayi
a.       Posisi ibu saat melahirkan bayi
b.      Cegah terjadinya laserasi atau trauma
c.       Proses melahirkan kepala
d.      Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi
e.       Proses melahirkan bahu
f.       Proses melahirkan tubuh bayi
g.      Mengusap muka, mengeringkan dan rangsang taktil pada bayi
h.      Memotong tali pusat


Gejala dan tanda distosia bahu
a.       Turtle sign adalah kepala terdorong keluar tetapi kembali kedalam vagina setelah kontraksi atau ibu berhenti meneran
b.      Tidak terjadi puataran paksi luar apabila kepala telah lahir
c.       Kepala tetap pada posisinya (dalam vagina) walau ibu meneran sekuat mungkin

MANUVER  TANGAN DAN LANGKAH-LANGKAH DALAM PERTOLONGANPERSALINAN

MANUVER
                 ALASAN
Letakkan telapak tangan pada bagian vertex yang terlihat, sambil hati-hati agar jangan membiarkan tangan masuk kedalam vagina. Lakukan penekanan terkendali dan tidak menghambat kepala janin untuk keluar     
Jari-jari tangan didalam vagina bisa membawa masuk organisme dan meningkatkan resiko robekan perineum. Tekanan yang dilakukan terhadap kepala pada saat ini akan membantu kepala agar fleksi sehingga daerah subocciput menyentuh pinggir bawah simpisis pubis dan proses pengekstensian dimulai
Dengan tangan lainnya, support perineum untuk mencegah kepala terdorong keluar terlalu cepat sehingga merusak perineum. Tutupilah tangan yang mensupport perineum dengan handuk. Letakkan ibu jari dipertengahan pada salah satu sisi perineum dan letakkan jari telunjuk dipertengahan sisi perineum yang berlawanan. Secara perlahan tekanlah ibu jari dan jari telunjuk kebawah dan kearah satu sama lain untuk mengendalikan peregangan perineum.
Gerakan kebawah dan kedalam ini melibatkan jaringan yang cukup dalam aksi tersebut dan mendistribusikan jaringan tambahan kearah bagian tengah dan perineum yaitu daerah yang paling besar kemungkinannya mengalami laserasi. Handuk akan mencegah tangan yang bersarung tangan terkena kontaminasi secara tidak sengaja
Dengan cermat dan hati-hati perhatikan perineum saat kepala janin terus muncul dan lahir, usaplah mulut bayi dengan jari yang dibungkus kain kasa
Garis-garis putih yang tipis akan segera tampak sebelum terjadinya perobekan pada perineum. Gunakan kain kasa untuk menghapus lendir yang mungkin terhisap pada saat bayi mulai bernafas untuk pertama kali
Pada waktu kepala sudah lahir, luncurkan salah satu jari tangan dari salah satu tangan ke leher bayi untuk memeriksa apakah ada lilitan tali pusat disekeliling leher janin, biasanya tali pusat tersebut hanya perlu dilonggarkan sedikit agar kepala janin bisa dilahirkan tanpa kesulitan
Meluncurkan jari tangan ke leher bayi sampai ke puncak punggungnya akan memungkinkan penolong untuk mengetahui dimana letak tali pusatnya
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan longgar, upayakan agar tali pusat tersebut dapat dilonggarkan lewat kepalanya. Jika lilitan tali pusat tersebut terlalu ketat untuk bisa dilepas lewat kepala bayi, tetapi tidak terlalu ketat melilit leher bayi, lepaskan melalui bahunya saat bayi lahir.
Jika tali pusat tersebut melilit leher bayi dengan ketat, pasanglah dua buah klem pada tali pusat tersebut dengan segera. Pastikan ibu mendapatkan penjelasan tentang apa yang penolong lakukan, dan sebaiknya ibu hanya bernafas pendek saja dan tidak meneran.
Tali pusat yang ketat bisa menyebabkan terjadinya hipoksia bayi. Menaganjurkan ibu bernafas pendek-pendek akan mencegah meneran dan mencegah lilitannya menjadi lebih ketat.
Tunggulah sampai terjadi rotasi eksternal pada kepala bayi. Setelah kepala bayi berputar menghadap ke paha ibu, letakkan tangan pada kedua sisi kepala bayi, tangan kebawah untuk melahirkan bahu anterio, kemudian tangan mengarah keatas lagi untuk melahirkan bahu posterior
Menunggu, dan tidak melakukan manuver tangan hingga restitusi kepala selesai adalah penting untuk keselamatan kelahiran tersebut. Dalam kelahiran yang normal perlu melakukan intervensi agar kepala bayi berputar, sambil menunggu beri dukungan pada ibu
Setelah bahu dilahirkan, letakan salah satu tangan dibawah leher bayi untuk menopang kepala, leher dan bahunya, sedangkan 4 jari tangan yang satu lagi menopang lengan dan bahu anterior. (sementara melakukan hal tersebut, bungkukan badan secukupnya untuk mengamati perineum dan memastikan bahwa tidak ada tekanan berlebihan pada perineum)
Badan bayi haruslah meluncur keluar dengan dituntun oleh tangan sepanjang kurva jalan lahir (Carus) dan menopangnya dari tekanan yang berlebihan oleh perineum ibu. Pemegangan yang seperti ini akan memungkinakan penolong untuk mengendalikan kelahiran tubuh bayi
Pada saat badan bayi dilahirkan, luncurkan tangan atas kebawah badan bayi, dan selipkan jari telunjuk diantara kaki bayi dan terus ke bawah hingga menggenggam kedua pergelangan kaki bayi
Bagaimana licinnya bayi, cara seperti ini akan menghasilkan pegangan yang aman
Lahirkan tubuh bayi dalam gerak lengkung yang rata (ingat kurva carus) keluar supaya kepalanya sekarang ditopang oleh permukaan telapak tangan yang satu lagi. Tangan yang menopang kepala hendaknya lebih rendah dari tubuh bayi.
Hal ini akan membuat bayi berada dalam ketinggian yang sama dengan plasenta dan mencegah bayi terlepas atau terkena tekanan yang berlebihan terhadap jaringan bayi. Merendahkan posisi kepala bayi akan mendorong pengeluaran lendir sementara bayi dikeringkan
Sementara mengevaluasi kondisi bayi, keringkanlah lalu letakkan bayi diatas abdomen ibu
Bayi saat ini harus sudah mulai bernafas, kering, dan kontak dengan kulit ibu sedapat mungkin untuk mencegah hipotermia, untuk mendorong terciptanya ikatan batin serta pemberian ASI

E.     ASUHAN SAYANG IBU DAN POSISI MENERAN
1.      Asuhan Sayang Ibu
          Masih banyak ibu – ibu dalam masyarakat di Indonesia yang lebih menyukai melahirkan dengan pertolongan dukun. Salah satu alasannya adalah karena dukun dapat memberikan dukungan emosi dengan menghormati adap istiadat serta kebiasaan dan melibatkan keluarga. Sebagai bidan, kita seharusnya juga dapat memberikan asuhan yang menghormati adat istiadat, kebutuhan social dan emosional, dan juga kebutuhan fisik ibu.
Pengertian asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Asuhan sayang ibu juga dengan memberikan asuhan yang aman, berdasarkan temuan dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup ibu.
Asuhan sayang ibu membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan, yang menghargai kebiasaan budaya, praktek keagamaan dan kepercayaan ( apabila kebiasaan tersebut aman ), dan melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, secara emosional sifatnya mendukung. Asuhan sayang ibu melindungi hak – hak ibu untuk mendapatkan privasi dan menggunakan sentuhan hanyaa seperlunya.
            Wanita yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih pendek, intervensi medis yang lebih sedikit, seperti misalnya operasi Caesar dan hasil persalinan yang baik.
            Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan da kelahiran. Penting untuk mengikutsertakan suami, ibunya atau siapapun yang di minta ibu untuk mendampinginya, saat ia membutuhkan perhatian dan dukungan.
Alasan : Dukungan dari atau pendamping selama persalinan berkaitan dengan hasil persalinan yang lebih baik.
            Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan sayang ibu. Mereka dapat membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan pijatan, memberikan makanan dan minuman, berbcara dengan ibu serta memberikan semangat selama persalinan dan kelahiran bayinya.
Berikan dukungan dan semangat  pada ibu dan anggota keluarganya. Jelaskan proses kelahiran dan kemajuan persalinan kepada ibu dan keluarganya.
            Tentramkan hati ibu selama kala II persalinan. Berikan bimbingan dan bantuan jika memang di perlukan.
            Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran. Saat pembukaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila ada dorongan kuat untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan nafas. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
Alasan : ibu akan mudah mengalami dehidrasi selama persalinan dan kelahiran. Untuk mempertahankan kondisi yang optimal pada ibu dan bayinya, pastikan agar ibu mendapat cukup asupan cairan.
            Kadang – kadang kala II persalinan menimbulkan rasa khawatir pada ibu. Berikan rasa aman, semangat dan tentramkan hati ibu selama proses persalinan berlangsung. Dukungan tersebut dapat mengurangi ketegangan, membantu kelancaran proses persalinan dan kenyamanan proses kelahiran bayi. Jelaskan setiap tindakan kepada ibu sebelum melkukannya, jawab setiap pertanyaan yang di ajukan ibu, jelaskan apa yang terjadi pada ibu dan bayinya dan alasan – alasan tentang tujuan suatu tindakan. Jelaskan pula hasil pemeriksaan yang telah dilakukan ( misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam ).

2.      Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep asuhan sayang ibu adalah sebagai berikut:
       a.       Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
b.      Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
c.       Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
d.      Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
e.       Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.

3.      Ada 10 Langkah Asuhan Sayang Ibu
a.     Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan.
b.     Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan.
c.      Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat.
d.     Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu.
e.      Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan.
f.       Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik.
g.      Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/tanpa obat-obatan.
h.     Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri.
i.       Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
j.       Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.

4.      Prinsip Umum Sayang Ibu
a.        Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
b.        Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi.
c.   Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.
d.        Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
e.        Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
f.        Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.
g.        Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
h.        Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
i.         Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.
j.         Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.
k.        Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

5.      Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan Antara Lain
a.         Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.
b.        Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.
c.         Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga.
d.        Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan.


F.      PERAN BIDAN
peran bidan adalah memantau dengan seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu, baik segi/perasaan maupun fisik, seperti :
a.    Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
1)    Mendampingi ibu agar merasa nyaman
2)    Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu.
b.    Menjaga kebersihan diri :
1)    Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi
2)    Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
c.    Kenyamanan bagi ibu :
1)    Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan/ketakutan ibu dengan cara :
a)    Menjaga privasi ibu
b)    Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
c)    Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
d)    Mengatur posisi ibu
e)    Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesegera mungkin.
f)     Memberikan cukup minum agar memberi tenaga dan mencegah  dehidrasi.
Selain itu menurut Lesser dan Keane dalam buku Midwifery oleh Varney menyatakan bahwa kebutuhan ibu selama persalinan antara lain :
a.       perawatan tubuh
Perawatan tubuh dan perawatan penunjang selama kala dua persalinan merupakan kelanjutan asuhan yang dimulai selama kala 1 persalinan, dimodifikasi untuk memenuhi perubahan kebutuhan wanita yang berkembang selama persalinan.
Contohnya:
a)       Pernafasan
Wanita harus menggunakan bentuk pernafasan terkontrol, seperti yang digunakan fase aktif kala satu persalinan, selama kontraksi jika ia belum merasa ingin mendorong. Jenis pernafasan ini dimulai dengan nafas pembersihan, kemudian menjadi nafas dada lambat yang kecepatannya meningkat pada saat kontraksi mencapai puncaknya, kemudian melambat opada saat kontraksi mereda, dan diakhiri dengan nafas pembersian lainnya.
b)      Mendorong
Wanita yang merasa seperti ingin atau perlu untuk mendorong dapat dibantu dengan sejumlah cara untuk membuat upayanya seefektif mungkin. Membantu wanita mendorong akan membuat pasangannya merasa penting, mempunyai peran, dan berpartisipasi dalam pengalaman ini.
b.       pendampingan oleh keluarga dan petugas kesehatan
Suami sebagai pendamping istri ikut memainkan peranan penting dalam mangikuti proses ini.berbagai cara yang dilakukan suami saat istrinya melahirkan, antara lain : bernafas seirama dengan istrinya, membantu menopang istrinya pada detik-detik kontraksi, memijit-mijit punggung istrinya, menyuguhkan minuman, menyampaikan pesan istrinya kepada perawat dan dokter,serta memberikan perhatian dan semangat secara terus menerus.
Selain dukungan dari suami atau keluarga, bidan juga berperan aktif dalam proses pendampingan. Diantaranya :
a) Selama bersama pasien, bidan harus konsentrasi penuh untuk mendengarkan dan melakukan observasi
b) Membuat kontak fisik : membasuh muka pasien, menggosok punggung, dan memegang tangan pasien
c)  Menempatkan pasien dalam keadaan yakin (bidan bersikap tenang dan bisa menenangkan pasien)




Dengan memberikan perlakuan seperti di atas, dapat memberikan hasil diantaranya:
a)  Persalinan yang diakhiri dengan tindakan vakum ekstraksi dan forceps semakin sedikit
b)  Pembedahan sesar semakin menurun
c)   Waktu yang diperlukan dalam persalinan semakin pendek
d)   Kepuasan ibu semakin meningkatkan dalam pengalaman melahirkan

c.       bebas dari rasa nyeri persalinan
Menjelaskan tentang cara manajemen nyeri persalinan dengan mendukung persalinan, mengatur posisi, relaksasi, latihan nafas, istirahat, menjaga privasi, memberikan KIE tentang proses/kemajuan persalinan, prosedur pertolongan persalinan, dan asuhan tubuh.

Penyebab rasa sakit dalam persalinan :
1.      Kontraksi Uterus
a.  Umumnya dimulai dari bawah pinggang menyebar ke bagian bawah perut dan kaki
b.  Dalam medis sakit kontraksi dikategorikan bersifat tumpul ( Visceral-Dull and Anching )
c.   Merupakan nyeri primer melibatkan pinggang, punggung, perut dan pangkal paha
d.  Menyebabkan nyeri sekunder seperti mual, muntah, panas dingin, kram dan pusing.

2.      Penurunan Kepala Janin
a.  Menyebabkan peregangan jaringan perineum
b.  Ibu merasa sakit akibat perobekan jaringan
c.  Bersifat tajam dan panas ( Somatic-Sharp and Burning )

Cara Mengurangi Rasa Sakit
Cara untuk mengurangi rasa sakit yaitu dengan mengurangi rasa sakit langsung pada sumbernya, memberikan rangsangan alternative yang kuat serta mengurangi reaksi mental negative, emosional dan fisik ibu terhadap rasa sakit.
Untuk itu perlu dilakukan :
o   Kehadiran yang terus menerus, sentuhan, penghiburan, dan dorongan dari orang yang mendampinginya
o   Pergantian posisi sesuai keinginan ibu dan pergerakan
o   Masase pada pinggang
o   Penekanan pada lutut dalam posisi ibu duduk oleh pendamping persalinan
o   Kompres bergantian panas atau dingin
o   Pemberian keleluasaan kepada ibu selama persalinan untuk mengeluarkan suara/ berteriak/ menangis
o   Visualisasi atau menganjurkan ibu untuk membayangkan proses persalinan akan berjalan dengan mudah dan pemusatan perhatian.
o   Pemutaran musik. Musik yang tenang membuat ibu rileks dalam menjalani persalinan.

d.      penghormatan akan budaya

e.       dan informasi tentang diri dan janinnya.
Hak pasien untuk mendapat informasi tentang keadaannya dan bayinya
 Informasi kelas tentang tindakan yang akan dilakukan,dan tujuan dan resikonya
 Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau tidak paham apa yang disampaikan kepadanya.

f.       Asuhan tubuh artinya metode sentuhan oleh pendamping persalinan, misalnya :
1)   mengusap muka dengan washlap lembab
2)   memperhatikan kebersihan tubuh
3)    memperhatikan kebersihan pada vulva, agar ibu nyaman dan pemberian nutrisi