Jumat, 31 Mei 2013

Makalah tentang Hemangioma


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel-sel endotelium pembuluh darah diikuti involusi terus menerus meyebabkan kelainan yang merupakan hasil dari anomali perkembangan pleksus vaskular. Hemangioma sering terjadi pada bayi yaitu 1,1% sampai 2,6% dan anak-anak yaitu 10% sampai 12%. Lesi ini lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan rasio 3:1. Lesi hemangioma tidak ada pada saat kelahiran. Mereka bermanifestasi pada bulan pertama kehidupan, menunjukkan fase proliferasi yang cepat dan perlahan-lahan berinvolusi menuju bentuk lesi yang sempurna.

 Hemangioma terjadi karena adanya proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal, dan bisa terjadi disetiap jaringan pembuluh darah. Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah.  

B.       Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Bayi penderita Hemangioma dan mendapatkan gambaran epidemiologi, distribusi, frekuensi, determinan, isu dan program penanganan penyakit Hemangioma
Tujuan Khusus
a.         Mengetahui pengkajian pada penyakit Hemangioma
b.         Mengetahui Definisi, Etiologi, gejala/tanda, faktor predispossisi dan
tindakan yang tepat untuk mengatasi Hemangioma
c.         Mengetahui evaluasi yang di harapkan
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 satu tahun (5-10%). Biasanya Hemangioma sudah nampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh, seperti : kepala, leher, muka, kaki atau dada. Umumnya hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar kasus hemangioma dapat hilang setelah kelahiran.
Hemangioma adalah salah satu jenis kelainan pembuluh darah. Orang lebih mengenalnya sebagai tanda lahir, sebenarnya hemangioma adalah tumor pembuluh darah, tetapi tidak berbentuk benjolan. Hemangioma ini bisa dijumpai pada bayi baru lahir.
Hemangioma infantil adalah neoplasma vaskuler jinak yang memiliki perjalanan klinis karakteristik ditandai dengan proliferasi awal dan diikuti dengan involusi spontan. Selama fase proliferatif pada periode neonatal atau awal masa bayi, proliferasi sel endotel cepat membagi bertanggung jawab untuk pembesaran hemangioma kekanak-kanakan. Akhirnya, fase involusional terjadi, dimana hemangioma infantil kebanyakan klinis diselesaikan pada usia 9 tahun.
Hemangioma adalah tumor yang paling umum dari masa bayi, dan hemangioma paling infantil secara medis tidak signifikan. Kadang-kadang hemangioma anak-anak mungkin menimpa pada struktur vital, memborok, berdarah, menyebabkan output tinggi gagal jantung atau kelainan struktural yang signifikan atau cacat. Jarang, hemangioma infantil kulit dapat dikaitkan dengan satu atau lebih kelainan kongenital yang mendasari.



B.       Etiologi
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma.
Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan mengenai patofisiologi dari hemangioma, diantaranya menyatakan bahwa proses ini diawali dengan suatu proliferasi dari sel-sel endotelium yang belum teratur dan dengan perjalanan waktu menjadi teratur dengan membentuk pembuluh darah yang berbentuk lobus dengan lumen yang berisi sel-sel darah. Sifat pertumbuhan endotelium tersebut jinak dan memiliki membran basalis tipis. Proliferasi tersebut akan melambat dan akhirnya berhenti.
Hipotesis dari Takahashi menyatakan bahwa dalam trimester terakhir dari kehamilan, di dalam fetus terbentuk endotelium immature bersama dengan pericyte yang juga immature yang memiliki kemampuan melakukan proliferasi terbatas dimulai pada usia 8 bulan sampai dengan 18 bulan pertama masa kehidupan setelah dilahirkan maka pada usia demikian terbentuk hemangioma.
 Selama aktivitas proliferasi endotelium terjadi influks sejumlah sel mast dan tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP atau inhibitor pertumbuhan jaringan). Proliferasi endotelium kembali normal setelah fase proliferasi berhenti atau involusi. Sebagian besar hemangioma akan mengalami involusi spontan pada usia 5-7 tahun atau sampai usia 10-12 tahun.



C.      Tanda-tanda
Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara cepat pada usia 6-12 bulan.
1.      Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1-7 tahun dan tumor ini menciut pada usia 10-12 tahun, kebanyakan ada pula yang menghilang pada usia 10-13 tahun.
2.      Adanya pola merah terang yang timbul, terkadang dengan permukaan bertekstur (kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi).
3.      Pembuluh darah vena yang menyebar dari tumor juga bisa terlihat di bawah kulit. Saat hemangioma mulai menyusut, warna merahnya akan memudar. Bekas warna akhir itu umumnya akan hilang saat anak berusia 7 tahun.
4.      Untuk hemangioma yang muncul pada lapisan kulit lebih bawah (hemangioma dalam), terlihat seperti lebam atau kebiru-biruan pada kulit tapi terkadang juga malah tidak tampak sama sekali. Lebam ini biasanya terlihat pada saat anak berusia 2-4 bulan

D.      Patofisiologis
Hemangioma merupakan sisa-sisa jaringan “vaso formative”dari jaringan mesidermal dan mempunyai kemampuan untuk berkembang.
Macam-macam Hemangioma :
1.         Hemangioma kapiler
a)        Strawberry hemangioma (hemangioma simpleks)
Hemangioma kapilar terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir. Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang, dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi, ada yang superfisial berwarna merah terang, dan ada yang subkutan berwarna kebiruan. Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar.
b)        Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapilar yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya solitar, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai. Lesi mudah berdarah.

2.         Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang berwarna merah ampai ungu. Bila ditekan mengempis dan akan cepat menggembung lagi apabila dilepas. Lesi terdiri tas elemen vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan.
3.         Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapilar dan jenis kavernosum. Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan pada ekstrimitas inferior, biasanya unilateral, solitar, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa.

E.       Faktor predisposisi
1.         Perdarahan.
2.         Pada tempat tertentu, dapat mengganggu fungsi, seperti : ambliopia, sesak nafas, gangguan kencing.
3.         Trombositopenia, D.I.C.


F.       Pencegahan
Untuk mendeteksi timbulnya hemangioma secara dini mungkin agak sulit. Akan tetapi, jika anak telah lahir dan terlihat ada kelainan pada kulitnya, seperti keterangan yang disebutkan pada tanda-tanda hemangioma, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi atau mencegah perkembangan hemangioma lebih lanjut. Dalam banyak kasus perlakuan tidak akan ditunjukkan. Jika pengobatan diperlukan, bagaimanapun, mungkin meliputi:
a.         Kortison:
Injeksi ke hemangioma atau diberikan secara oral melalui mulut. Jika diberikan secara oral untuk waktu yang lama memiliki efek samping termasuk peningkatan risiko infeksi sistemik, tekanan darah tinggi, diabetes, nafsu makan meningkat, iritasi lambung, penekanan pertumbuhan, dll
b.         Berdenyut Dye Laser Therapy:
Terapi ini memperlakukan pembuluh darah dangkal terbaik. Jika perawatan ini dianjurkan biasanya diperuntukkan bagi komponen dangkal hemangioma, ditandai dengan lesi, datar merah. Hal ini biasanya diberikan dalam serangkaian perawatan laser jarak 2-4 minggu.
c.         Antibiotik:
Jika hemangioma yang terinfeksi dan membukanya dapat diobati dengan kursus singkat antibiotik dan pembersihan luka sehari-hari.
d.         Alpha Interferon:
Terapi ini terbatas pada yang paling parah dan hemangioma berpotensi mengancam kehidupan. Ini melibatkan pemberian obat sistemik melalui tembakan harian, biasanya ke kaki, selama beberapa bulan. Hal ini biasanya diberikan kepada bayi oleh orang tua di bawah arahan dan pengawasan dokter. Terapi ini memiliki efek samping yang serius yang potensial termasuk efek neurologis, kelainan darah dan lain-lain.


e.         Operasi pengangkatan:
Dalam kasus yang jarang, hemangioma dapat diangkat dengan operasi terutama jika mereka tidak mungkin untuk menyelesaikan secara spontan atau menimbulkan distorsi jaringan signifikan dan deformasi.

G.      Asuhan/Penanganan
1.      Edukasi dan Observasi
Perjalanan alamiah penyakit ini munculnya cepat setelah bayi lahir dan menetap hingga usia balita, antara usia 5-7 tahun. Hemangiomainfantil dengan ukuran yang kecil sebaiknya dilakukan observasi saja khususnya pada fase proliferasi dan fase involusi. Setelah sembuh, kulit akan tampak normal atau hanya mengalami kecacatan yang minimal. Orang tua pasien perlu diberikan penjelasan mengenai penyakit dan perjalanan klinisnya sehingga tidak terjadi kecemasan. Memotivasi orangtua pasien untuk memeriksakan secara berkala untuk follow-up perkembangan hemangioma infantil perlu dilakukan. Pemeriksaan yanglebih sering perlu dilakukan apabila lesi besar, mengalami ulserasi,multipel, atau terletak pada struktur anatomi yang vital.
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun.
2.      Terapi Kortikosteroid
Hemangioma infantil yang sensitif akan memperlihatkan respon terapi pada beberapa hari pemberian kortikosteroid. Jika tidak ada responyang berupa memudarnya warna, menjadi lembut, atau berkurangnya pertumbuhan maka terapi harus dihentikan. Jika respon terapi tampak,maka dosis dan durasi pemberian kortikosteroid dipertahankan sesuaidengan lokasi dan maturitas hemangioma infantil.


Terapi kortikosteroiddapat diberikan dalam bentuk :
a)        Kortikosteroid topical, beberapa penelitian melaporkan bahwa golongan superpotensial efektif untuk pengobatan hemangioma superfisialis dengan ukuran relatif kecil.
b)        Kortikosteroid injeksi pada lesi,
Triamcinolone 10-20 mg/mL dengan dosis maksimal 5 mg/kgBB dapat diberikan padahemangioma yang meluas dengan cepat dan menimbulkankomplikasi berupa ulserasi.
c)        Kortikosteroid sistemik, merupakan terapi lini pertama untuk hemangioma infantil yang besar, destruktif, atau mengancam jiwa.Prednison dapat diberikan dengan dosis 2 mg/kgBB/hari pada pagihari selama 4 – 6 minggu. Selanjutnya dilakukan tapering dosisselama beberapa bulan.
3.      Recombinant Interferon Alfa-2a
a)        Recombinant interferon alpha-2a(IFN) merupakan agen baru untuk terapi hemangioma infantil yang besar dan mengancam nyawa. Pemberian IFN tidak boleh di kombinasikan dengan kortikosteroid. Bila INF akan diberikan, perlu secepatnya dilakukan tappering off dosis kortikosteroid.Mekanisme kerja IFN akan mempercepat timbulnya fase involusi padahemangioma infantil. Indikasi terapi antara lain:
1)        Tidak respon kortikosteroid
2)         Kontraindikasi pemberian kortikosteroid jangka panjang
3)         Komplikasi pada pemberian kortikosteroid
4)         Penolakan dari orang tua dengan penggunaan terapi kortikosteroid.
4.      Terapi Bedah
Tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah operasi eksisi, terutama pada hemangioma infantil yang tidak mengalami involusi komplet, hemangioma infantil yang memberi pengaruh kosmetik pada wajah,hemangioma infantil yang berlokasi pada region periorbita, hidung, mulut,saluran nafas bagian atas, kanal telinga, dan hemangioma infantil yang mengancam jiwa anak.
Indikasi :
a)        Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
b)        Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
c)        Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun.
5.      Terapi Radiasi
Terapi ini masih kontroversial, meskipun sampai saat ini masih sering dilakukan. Komplikasi yang terjadi dapat berupa kerusakan epipisis, mamae, gonade, kulit, lensa mata, dan glandula tiroid. Komplikasi berupa karsinoma dan sarkoma pernah dilaporkan.
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan karena :
a)        Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif
b)        Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama
c)        Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hemangioma adalah tumor yang paling umum dari masa bayi, dan hemangioma paling infantil secara medis tidak signifikan. Kadang-kadang hemangioma anak-anak mungkin menimpa pada struktur vital, memborok, berdarah, menyebabkan output tinggi gagal jantung atau kelainan struktural yang signifikan atau cacat. Jarang, hemangioma infantil kulit dapat dikaitkan dengan satu atau lebih kelainan kongenital yang mendasari.
Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun (5-10%). Biasanya hemangioma sudah tampak sejak  bayi dilahirkan (30%) atau muncul beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangiomamuncul di setiap tempat pada permukaan tubuh seperti kepala, leher, muka, kaki, atau dada.Hemangioma merupakan tumor vascular jinak terlazim pada bayi dan anak.















DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah.

Hamzah, Mochtar 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI.

Minggu, 26 Mei 2013

Makalah ASKEB neonatus tentang Hipotermi

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Dewasa ini tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan semakin meningkat. Hal tersebut didorong oleh berbagai perubahan mendasar di masyrakat baik ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta berbagai perubahan lainnya. Terlebih lagi tuntutan dari pemerintah yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat untuk menerima pelayanan kesehatan. Tidak terkecuali perubahan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas  layanan kebidanan. Salah satu layanan kebidanan yang memerlukan peningkatan kualitas layanan adalah pelayanan asuhan terhadap bayi hipotermia.
Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisidari kehidupan intrauter ke kehidupan ekstrauterin. Slah satu yang menjadi masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia. Hipotermia yaitu penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal.
Peran bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia pada bayi.seorang bidan itu harusn memiliki pengetahuan yng luas,sikap dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencengah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap kematian sehingga memerlukan pengawasan oleh perawatan yang intensif dan ketat dari tenaga kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi.
B.  Angka Kejadian
Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007)
Di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka morbiditas dan mortalitas Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama.Penyebab utama mortalitas BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan nafas, infeksi, serta komplikasi hipotermi. Bayi premature maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah, terutama di bawah 2000 gram, terancam kematian akibat hipotermi yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,50c disamping asfiksia dan infeksi. (Imral Chair,2007)
C.  Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mengembangkan pola pikir dan menambah pengetahuan serta untuk memperoleh pengalaman nyaa dan teori yang selama ini diperoleh dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan.
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Memberi pengetahuan pada pembaca.
2.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan hipotermia dan patofisiologi hipotermia.
3.      Menjelaskan etiologi dan tanda serta gejala hipotermia.
4.      Menjelaskan komplikasi dan penatalaksanaan hipotermia.
5.      Menjelaskan apa saja asuhan kebidanan pada hipotermia.









BAB II
LANDASAN TEORI

   A.    Konsep Dasar Hipotermia
1.      Definisi Hipotermia
Beberapa definisi hipotermia dari beberapa sumber :
1.      Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001),bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal pada neonatus adalah  36,5o-37,5oC. Gejala awal pada hipotermi apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan tangan  teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah  mengalami hipotermia sedang (suhu 320-36C). Disebut hipotermia berat bila suhu <32o C diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25o C.
2.      Menurut Indarso F(2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
3.      Menurut Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun sampai dibawah 35o C.
2.      Klasifikasi Hipotermia
1.      Hipotermi spintas.
Yaitu penurunan suhu tubuh1-2◦c sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali setelah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-baiknya. Hipotermi sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi segera di bungkus setelah lahir terlalucepat di mandikan (kurang dari 4 -6 jam sesudah lahir).
2.      Hipotermi akut.
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam, terdapat pada bayi dengan BBLR, diruang tempat bersalin yang dingin, incubator yang cukup panas. Terapinya adalah: segeralah masukan bayi segera kedalam inkubataor yang suhunya sudah menurut kebutuhan bayi dan dalam kaadaan telanjang supaya dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi lemah,gelisah, pernafasan dan bunyi jantung lambat serta kedu kaki dingin.
3.      Hipotermi sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak di sebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, syndrome gangguan nafas, penyakit jantung bawaan yang berat,hipoksia dan hipoglikemi, BBLR. Pengobatan dengan mengobati penyebab Misalnya: pemberian antibiotika,larutan glukosa, oksigen dan sebagainya.
4.      Cold injuri
Yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam ruang dingin(lebih dari 12 jam). Gejala: lemah, tidak mau minum, badan dingin, oligoria , suhu berkisar sekitar 29,5◦c-35◦c, tidak banyak bergerak, oedema, serta kemerahan pada tangan, kaki dan muka, seolah-olah dalam keadaan sehat, pengerasan jaringan sub kutis. Pengobatan : memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotika, pemberian larutan glukosa10% dan kastikastiroid.
·       Aktifitas berkurang
·       Suhu badan dibawah 36,5◦c
·       Lemah
·       Perabaan terhadap tubuhnya teraba dingin
·       Telapak kaki dingin (ini merupakan pertanda bahwa
         hipoterminya sudah berlngsung lama)
·       Kaki, tangan dan badannya akan mengeras(sklerema)
   B.     Etiologi Hipotermi
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1.      Jaringan lemak subkutan tipis.
2.      Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3.      Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4.      ayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
5.      Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi mengalami hipotermia.
6.      Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.
7.      Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
8.      Tempat melahirkan yang dingin.
9.      Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis,sindrom dengan pernapasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.
Faktor pencetus hipotermia menurut Depkes RI,1992 :
1.      Faktor lingkungan.
2.      Syok.
3.      Infeksi. 
4.      Gangguan endokrin metabolik.
5.      Kurang  gizi
6.      Obat-obatan.
7.      Aneka cuaca
Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu :
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRfPIGAWShie2G6uwoJ4WYfawINbMHYKwl-jQgx1PkvLnZBvk4ycnNGFvwZsdFW0sYY0WFuzp2HL-umXty8G1ljLrjgm3cpKMVsQXVV5-ZAqK15l3bkFdIcvnou44sP1z_e0mngMGYCg/s320/janin2.JPG
1.      Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objekyang dingin. Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2.      Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi  karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misal popok atau celana basah tidak langsung diganti.
3.      Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Misal BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.
4.      Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bayi misalnya cairan amnion pada bayi
  C.    Patofisiologi Hipotermi
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjezLKCMIUIIji-j_Mkt2IPI59CF2gKwXpMtpFdpYDczXj0FcsZGBSMBfQ82SirN3g8GWL8nmui4NLqReyGgsDs4tqTm51GLyKbn26J10zIO7bs3UgCRqNidwZK6FqHqhw305HPvmWqhyphenhypheng/s1600/11.jpg
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas di  hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapaib rown fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak.Blood gliserol  level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral,kecukupan darib r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG.
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.

  D.    Tanda dan Gejala Hipotermi
a.         Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
1.      Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
2.      Bayi tidak mau minum atau menetek.
3.      Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
4.      Tubub bayi teraba dingin.
5.      Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema).
6.      Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7.      Lebih diam dari biasanya.
8.      Hilang kesadaran.
9.      Pernapasannya cepat.
10.  Denyut nadinya melemah.
11.  Gangguan penglihatan.
12.  Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
b.         Berikut adalah tanda terjadinya hipotermia
Tanda-tanda hipotermia sedang :
a)      Aktifitas berkurang.
b)      Tangisan lemah.
c)      Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).
d)     Kemampuan menghisap lemah.
e)      Kaki teraba dingin.
f)       Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.
c.         Tanda-tanda hipotermia berat :
a)      Aktifitas berkurang,letargis.
b)      Bibir dan kuku kebiruan.
c)      Pernafasan lambat.
d)     Bunyi jantung lambat.
e)      Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis  
          metabolik.
f)       Risiko untuk kematian bayi.
d.        Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :
a)      Muka,ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
b)      Bagian tubuh lainnya pucat.
c)      Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada
         punggung,kaki dan tangan(sklerema).
   E.     Komplikasi
Hipotermi yang terjadi pada bayi apabila tidak tertangani dengan tepat akan menyebabkan beberapa gangguan yang akan menyertai yakni:
1.      Gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
2.      Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik
3.      Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4.      Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
  F.     Penatalaksanaan Umum
1.      Penanganan hipotermia secara umum untuk bayi
Pengaturan suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi bisa kehilangan suhu tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar yang dingin. Bayi yang mengalami hipotermi harus dihangatkan secara bertahap. Berikut beberapa cara penanganan hipotermia untuk bayi :
a.       Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang hangat. Bungkuslah tubuhnya dengan selimut tebal.
b.      Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas tubuh anda.
2.      Penanganan hipotermia secara umum untuk balita
a.       Jika ia mampu melakukannya,minta anak berendam air hangat. Bila warna kulitnya telah kembali normal,segera keringkan dan bungkus tubuhnya dengan handuk tebal atau selimut.
b.      Kenakan pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan selimut yang cukup banyak. Tutupi kepalanya dengan topi atau pastikan suhu dalam ruangan cukup hangat. Temani anak.
c.       Berikan anak minuman hangat dan makanan penuh energi,misalnya cokelat. Jangan tinggalkan anak sendirian,kecuali anda yakin warna kulit dan suhu tubuhnya telah kembali normal.
3.      Dan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
a.       Jangan menempelkan sumber panas langsung,seperti botol berisi air panas ke kulit anak. Anak harus menjadi hangat secara bertahap.
b.      Jika anak hilang kesadaran,bukalah saluran udaranya dan periksa pernapasannya. Jika anak bernapas,baringkan ia pada posisi pemulihan,jika tidak bernapas,mulailah bantuan pernapasan dan kompresi dada. Telepon Ambulans.
  G.    Prinsip Dasar Untuk Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir
1.      Mengeringkan bayi segera setelah lahir
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya masih belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermia seringkali tidak terdeteksi oleh ibu atau keluarga bayi atau penolong persalinan. Untuk mencengah terjadinya serangan dinginadalah sebagai berikut:
a.       setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat.dimulai dari kepala kemudian seluruh tubuh bayi. Handuk yang basah harus diganti dengan handuk lain yang kering dan hangat.
b.      Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup kepala,kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c.       Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting refleks dan bayi mendapat kalori.
d.      Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu merujuk.
e.       Memberikan penghangatan pada bayi  baru lahir secara mandiri.
f.       Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. 
g.      Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Untuk mencengah terjadinya serangan dingin ibu atau keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi. Beberapa kriteria dalam memandikan bayi;
a.       Pada bayi lahir sehat yaitu lahir cukup bulan,berat>2.500 gram,langsung menangis kuat,memandikan bayi ditunda selama kurang lebih 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi gunakanlah air hangat.
b.      Pada bayi lahir dengan risiko (tidak termasuk kriteria di atas),keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir < 2.000 gram sebaiknya bayi jangan dimandikan ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi stabil,bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
  H.    Tindakan Pada Hipotermia Bayi Baru Lahir
Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap hangat,tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam 1 pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai metode Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
Bila tubuh bayi masih dingin,gunakanlah selimut atau kain hangat  yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak mengisap beri infus glukosa 10 % sebanyak 60-80 ml/kg per hari.







BAB III
KESIMPULAN
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun sampai dibawah 35o C. Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1.      Jaringan lemak subkutan tipis.
2.      Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3.      Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4.      Bayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
5.      Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi   
         mengalami hipotermia.
6.      Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.
7.      Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
8.      Tempat melahirkan yang dingin.
9.      Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan  
         pernapasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.
Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu :
1.             Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objek yang dingin.
2.             Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
3.             Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.
4.             Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bay
Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
1.      Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
2.      Bayi tidak mau minum atau menetek.
3.      Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
4.      Tubub bayi teraba dingin.
5.      Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras
        (sklerema).
6.      Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7.      Lebih diam dari biasanya.
8.      Hilang kesadaran.
9.      Pernapasannya cepat.
10.  Denyut nadinya melemah.
11.  Gangguan penglihatan.
12.  Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Prinsip dasar untuk mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir, yaitu :
1.        Mengeringkan bayi segera setelah lahir
2.        Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup kepala,kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
3.        Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting refleks dan bayi mendapat kalori.
4.        Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu merujuk.
5.        Memberikan penghangatan pada bayi  baru lahir secara mandiri.
6.        Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. 
7.        Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
Tindakan pada hipotermia bayi baru lahir
1.        Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2.        Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap hangat,tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam 1 pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai metode Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
3.        Bila tubuh bayi masih dingin,gunakanlah selimut atau kain hangat  yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.






DAFTAR PUSTAKA

2009. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Hipoterm Sedang Terhadap Bayi. Jakarta  http://d3kebidanan.blogspot.com (diakses tanggal  15 oktober 2011 jam 16.53 WIB)
Getty.2011.Bila Bayi Alami Hipotermia. Jakarta : http://lifestyle.okezone.com (diakses tanggal 12 Maret 2013, jam 17.00 WIB)
Ronaldo.2009.Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak (terjemahan). Jakarta (halaman 90-91)
Penanganan Esensial dasar Kegawat-Daruratan Obstetri dan Bayi Baru Lahir. Jakarta (halaman 75-76)
Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa Wiknjosastro,DjokoWaspodo.2009.AcuanNasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta    (halaman372-374).
Wiknjosastro,Gulardi H,George Adriaansz,Omo Abdul Madjid,R.Soerjo Hardjono,J.M.Seno Adjie.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta( Halaman 123-126).