Rabu, 22 Mei 2013

Makalah Asuhan Kebidanan Ibu Nifas



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimisis Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung terjadi menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal.Namun beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993; bick dan MacArthur,1995a), dapat berlangsung dalam waktu lama (macArthuretal.1991). Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa         pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang berhubungan dengannnya seperti obstetric, anestesi dan faktor social.

1.2  TUJUAN
a.     Tujuan Umum
§  Untuk mengetahui fisiologis pada masa nifas
§  Untuk mengetahui tahapan-tahapan masa nifas prubahan serta adaptasi ibu masa nifas

b.    Tujuan Khusus
§  Untuk memenuhi tugas ASKEB III ( Nifas )
§  Agar mahasiswa lebih terampil memberikan asuhan kebidanan tentang  fisiologis masa nifas
§  Menjadikan mahasiswa sebagai calon petugas kesehatan yang terampil dan kompeten dalam bekerja















BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 PENGERTIAN
Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa Latin,yaitu dari kata “puer”yang artinya bayi dan” parious” yang berakti melahirkan .
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali  sebelum hamil.lama nifas yaitu 6-8 minggu
Periode masa nifas (puerperium) adalah perode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan.proses ini di mulai setelah selesainnya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali keadaan sebelum hamil/ tidak hamil sebagai akibat dari adannya perubahan fisiologis dan fsikologi karna proses persalinan 
Periode masa nifas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1.    Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini sering terdapat banyak masalah seperti pendarahan
2.    Periode Early postpartum (24 jam-1 minggu)
Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,tidak ada pendarahan,lokea  tidak berbau busuk,tidak demam,ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,serta ibu dapat menyusui dengan baik
3.    Periode Latei Postpartum (1-5 minggu)
Masa di mana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari,serta konseling KB


Pembagian masa nifas di bagi dalam tiga periode
1.    Peurperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
2.    Peurperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu
3.    Remote peurperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi

2.2. INVOULSI DAN SUBINVOULSI
Involusi adalah berhasilnya proses perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran  yang reproduktif ke bentuk normal atau sebelum hamil.
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran  yang reproduktif. Subinvoulsi dapat terjadi pada
1.         Uterus
2.         Tempat plasenta
3.         Ligmen
4.         Serviks
5.         Lochia
6.         Vulva
7.         Vagina
8.         Perineum

a.     Subinvolusi  uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/ proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah keukurannya (varney’s midwifery)
Ø  Tanda dan gejala
Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat  
1.    Konsistensi utererus lembek
2.    Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
3.    Terdapat bekuan darah
4.    Lochea berbau menyengat
5.    Uterus tidak berkontraksi
6.    Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
Ø  Penyebab
1.    Terjadi infeksi pada miometrium
2.    Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus
3.    Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya lebih banyak dari yang diperkirakan.
Ø  Terapi
1.    Pemberian antibiotika
2.    Pemberian uterotonika
3.    Pemberian tablet Fe




Selain itu uterus juga mengalaimi involusi uteri
Invoulsi uteri atau penggerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus. Proses involusi uteri pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah kira kira 2cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini uterus besarnya kira kira sama dengn besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.
Proses involusi uterus
1.    Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterin. Enzim proteulitik akan mendekatkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri hingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2.    Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berploriferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi akan terlepas dan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru
3.    Efek oksitosin membuat itensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir, diduga terjadi sebagai respon penurunan volume intra uerin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, menggopresi embuluh darah dan membantu proses homostaksis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus.
b.    Subinvolusi tempat plasenta adalah kegagalan bekas  tempat implantasi untuk berubah
Ø  Tanda dan Gejala
1.    Tempat implantasi masih meninggalkan  parut dan menonjol
2.    Perdarahan
Ø  Penyebab
1.    Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan
2.    Inversio uteri sebagai akibat tarikan
3.    Tidak ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta
4.     Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium

c.     Subinvolusi ligament adalah kegagalan ligamen  dan diafragma pelvis  fasia kembali seperti sedia kala
Ø  Tanda dan gejala
1.    Ligamentum  rotundum masih kendor
2.    Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia masih kendor
Ø  Penyebab
1.    Terlalu sering melahirkan
2.    Faktor umur
3.    Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah berkurang elastisitasnya.







d.    Subinvolusi Serviks adalah kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil
Ø  Tanda dan gejala
1.    Konsistensi serviks lembek
2.    Perdarahan
Ø  Penyebab
1.    Multi paritas
2.    Terjadi ruptur saat persalinan
3.    Lemahnya elastisitas serviks
e.     Subinvolusi Lochea adalah tidak ada perubahan pada konsistensi lochea.Seharusnya lochea berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum, 
Ø  Tanda dan gejala
1.    Perdarahan tidak sesuai dengan fase
2.    Darah berbau menyengat
3.    Perdarahan
4.    Demam, menggigil
Ø  Penyebab
1.    Bekuan darah pada serviks
2.    Uterus tidak berkontraksi
3.    Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar
4.    Tidak mobilisasi
5.    Robekan jalan lahir
6.     Infeksi





f.     Subinvolusi Vulva dan Vagina adalah tidak kembalinya  bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti semula setelah beberapa hari postpartus.
Ø  Tanda dan gejala
1.    Vulva dan vagina kemerahan
2.    Terlihat oedem
3.    Konsistensi lembek
Ø  Penyebab
1.    Elastisitas vulva dan vagina lemah
2.    Infeksi
3.    Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus
4.    Ekstrasi kuman

g.    Subinvolusi Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan
Ø  Tanda dan gejala
1.    Perineum terlihat kemerahan
2.    Konsistensi lembek
3.    Oedem
Ø  Penyebab
1.    Tonus otot perineum sudah lemah
2.    kurangnya elastisitas perineum
3.    infeksi
4.    pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat laseralisasi sehingga jahitan perineum putus.





2.3. TAHAPAN LOKEA MASA NIFAS
            Dengan adannya involsi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik (layu/ mati). Desidua yang mati  akan keluar bersama dengan sisa cairan.campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokea, yang biasannya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.










Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:
Lokia
Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lender
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.




2.4.  PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
1.    Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, astium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu serviks menutup.
2.    Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan tugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
3.    Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perenium sudah mendapatkan kembali sebagaian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur pada keadaan sebelum melahirkan.
4.    Payudara
a.    Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon piolaktin setelah persalinan.
b.    Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
c.    Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulanya proses laktasi.

5.    Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tersedia makanan bagi dirinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tentram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
6.    Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir. Rasa sakit di daerah perenium juga dapat menghalangi keinginan ke belakang. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
7.    Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli - buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan cliviesis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
8.    Sistem Musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
9.    Sistem Endokrin
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonodotiopin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke-3 PP
10.     Sistem kordiovaskuler
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat,yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali estrogen menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa nifas ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut selama kehamilan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar (200-400 cc). Bila  kelahiran melalui seksio cesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hemotokrit (hoemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hemotrokit akan naik dan pada seksio cesaria, hemotokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6minggu.
11.     Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat.Pada hari pertama PP, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dan masa PP.Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000/30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.Jumlah hemoglobine,hemorokit,dan eritrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa PP sebagai akibat volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah ubah.Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa PP terjadi kehilangan darah sekitar 200-250 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 PP dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu PP
12.     Perubahan Tanda-Tanda Vital
a.    Suhu Badan satu hari (24 jam) PP suhu badan akan naik sedikit (37,5oC – 38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkok, berwarna merah karena kebanyakan ASI. Bila suhu tidak menurun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.
b.    Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
c.    Tekanan,Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena perdarahan. Tekanan darah tinggi pada PP dapat menandakan terjadinya preeklamsia post partum.
d.   Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan dnyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
2.5.  ADAPTASI FISIOLOGI MASA NIFAS         
            Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari fisiknya.Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani peruses esprorasi dan asmilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya dan merasa tanggung jawab yang luar biasa biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu
            Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan se4sekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masab rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.


            Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain :
1.    Periode “Taking in”
a.    Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekawatiran akan tubuhnya
b.    Ia mungkin mengulang-ulang menceritakan pengalaman waktu melahirkanya
c.    Tidur tampa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
d.   Peningkatan nutrisi  dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktiv
e.    Dalam memmberi asuahan bidan, harus dapat memfasilitasi kebutuhan fisikologis ibu, pada tahap ini bidan harus menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamanya. Berikan juga dukungan mental dan aspirasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus  dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga dapat leluasa dan terbuka mengemukan permasalahan dapat dihadapi bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinnya dan bayinya karna kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan bidan
2.    Periode “taking hold”
a.    Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
b.    Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawabterhadap bayi
c.    Ibu berkonsentrasi pada pengotrolan fungsi tubuhnya,BAA dan BAK,serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya
d.   Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya mengendong, memandikan dan memasang popok dan sebagainya.
e.    Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut
f.     Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi.
g.    Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberiken bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu di perhatikan teknik bimbinganya jangan sampai menyingung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitive. Hidari kata “jangan begitu” atau “kalau kayak gitu salah” pada ibu karna hal itu akan sangat menyakiti perasaanya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.
3.    Periode “Letting Go
a.    Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah periode ini pun sangat berpengaruh terhadap dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
b.    Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,kebebasan, dan hubungan social.
c.    Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.



Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain:
1.    Respon dan dukungan keluarga dan teman. Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya karana ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik maupun psikologinya. Ia masih sangat asing dengan perubahan peran barunya yang begitu fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai seorang ibu. Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat proses adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan asuhan yang sehat
2.    Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi. Hal yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaan terhadap perannya sebagai ibu. Ia menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus terjadi setelah seorang ibu melahirkan anakanya yang pertama, ia akan bertekad untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan ibunya.
3.    Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu. Walapun kali ini adalah bukan pengalaman yang pertama melahirkan bayinya, namun kebutuhan untuk mendpatkan dukungan yang positif dari lingkunganya tidak berbeda dengan ibu yang baru melahirkan anak pertama. Hanya yang membedakan teknik penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support dan aspirasi dan keberhasialn dalam melewati saat-saat sulit pada persalinan yang lalu.
4.    Pengaruh budaya adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga akan sedikit banyak  akan mempengaruhi keberhasilan ibu akan melewati saat transisi ini. Apalagi ada yang tidak singkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini bidan harus bijaksana menyikapi, namun tidak mengurangi kuliatas asuhan yang diberikan. Keterlibtan kelurga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan perawatan yang harus diberikan kepada ibu dan bayi yang akan memudahkan bidan dalam memberi asuhan.
2.6.   POST PARTUM BLUES
Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan seksual umum melahirkan bayia biasanya terjadi pada 70% wanita . penyebabnya adalah beberapa hal,antara lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubahan hormone yang cepat,dan keraguan terhadap peran yang baru. Pada dasarnya, tidak satu pun dari ketiga hal tersebut termasuk penyebab konsisten . factor penyebab biasanya merupakan kombinasi dari berbagai factor, termasuk adanya ganguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal menjadi seorang ibu.
Post partum blus biasannya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan berakhir setelah 10-14 hari.
Karatistik post partum blus meliputi:
a.     Menangis
b.    Merasa letih karena melahirkan
c.     Gelisah
d.    Perubahan alam perasaan
e.     Menarik diri
f.     Serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga
Karena pengalaman melahirkan digambarkan sebagai puncak ibu baru mungkin merasa perawatan dirinya tidak kuat atau ia tidak mendapatkan perawatan yang tepat, jika pengalaman melahirkan tidak sesuai dengan apa yang ia alami. Ia mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian keluaranya tiba-tiba berfokus pada bayi dilahirkannya
Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah berikan perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia adalah orang yang  berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting berikan kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas keberhasilan menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
2.7.   Depresi pos partum
            Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi interaksi sosial, kemandiriannnya berkurang. Hal ini akan mengakibatkan depresi paska persalinan ( depresi pos partum ). Berikut ini gejala – gejala depresi paska persalinan
1.    Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur.
2.    Nafsu makan hilang,
3.    Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol
4.    Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali sama bayi
5.    Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
6.    Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
7.    Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi
8.    Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar- debar

Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat- obatan dan konsultasi dengan psikater. Jika depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan perawatan dirumah sakit. Seorang ibu nulipara  mudah mengalami depresi masa nifas. Hal ini disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah. Hal ini menandakan ibu menderita depresi masa nifas. Dibutuhkan juga dukungan keluarga dengan cara selalu mengunjungi dan menawarkan bantuan dan dorongan kepada ibu.












BAB III
PENUTUP
3.1.  KESIMPULAN
Masa nifas ( masa post partum / puerperium ) adalah massa atau waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan kandungan , yang mengalami perubahan . pada masa ini sangatlah rentan dengan kondisi pendarahan maka masa nifas merupakan masa yang sangat penting dan masa dimana ibu memerlukan pemantauan yang baik.
3.2.  SARAN
Saran saya kita sebagai bidan harus lebih ekstra dalam memantau masa nifas sebab kita tahu pada masa ini dapat mengakibatkan kematian pada ibu.








DAFTAR PUSTAKA
Flint carolone, 1994. Sensitif Midwifery.Oxford: Butterworth Heinemann
Henderson C, dan jone K. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi Bahasa
            Indonesia). Ed. Yulianti. Jakarta: EGC
Pusdiknekes, 2001. Panduan Pengajar Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi dosen
            Dipolma III  Kebidanan. Jakarta: pusdiknes. WHOJHPIEGO.
Varney H, et al.2007, Buku a Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
   Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57).
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan
            Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
Wulanda,ayu febri.2012.Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika ( cetakan
  ketiga )
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Edisi Keempat. cetakan kedua.
            Jakarta: pt bina pustaka sarwono Prawirohardjo
Winkjosastro, H .dkk. 2005. Ilmu kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Jakarta: yayasan
            bina pustaka sarwono priwirohardjo

1 komentar: