Jumat, 24 Mei 2013

Makalah Perdarahan Tali Pusat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik.
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir melalui proses kelahiran sampai usia 4 minggu, dengan usia gestasi 38-42 minggu dan mampu menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Pada saat adaptasi tersebut terjadi gangguan-gangguan yang berpotensi menyebabkan kematian dan kesakitan sedangkan perawatan bayi baru lahir meliputi tentang cara menjaga kehangatan bayi (mencegah hipotermi), cara menyusui yang benar, pencegahan infeksi dan jadwal pemberian imunisasi. (Pusdiknakes, 2003).
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal di dunia pada bulan pertama kehidupan dan dua pertiganya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pencegahan dini dan pengobatan yang tepat. 
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil. Salah satu masalah yang sering terjadi pada bayi dan cukup berbahaya adalah perdarahan tali pusat.
Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.
Waktu terbaik untuk pengikatan tali pusat telah menjadi perdebatan selama beberapa dasawarsa dan definisi pengikatan tali pusat dini serta tertunda bervariasi. Namun saat ini, menurut ulasan kolaborasi Cochrane sebagian besar peneliti mendefinisikan pengikatan tali pusat dini bila dilakukan dalam 15 detik setelah lahir, sedangkan tertunda jika dilakukan 45 detik sampai 5 menit setelah lahir dimana pada rentang waktu tersebut terjadi perpindahan darah yang bermakna dari plasenta ke bayi (Kusmiyati, 2009).

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa yang dimaksud dengan perdarahan tali pusat?
1.2.2        Apa faktor penyebab perdarahan tali pusat?
1.2.3        Apa saja gejala perdarahan tali pusat?
1.2.4        Bagaimana penatalaksanaan perdarahan tali pusat?

1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perdarahan tali pusat.
1.3.2        Untuk mengetahui faktor penyebab perdarahan tali pusat.
1.3.3        Untuk mengetahui gejala perdarahan tali pusat.
1.3.4        Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahaan tali pusat.






BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan trombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi.

2.2 Penyebab Perdarahan Tali Pusat
Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilkus, robekan pembuluh darah, setelahplkacenta previa, dan abrupsio placenta.
1.      Robekan umbilikus normal, yang biasanya terjadi karna :
a.       Partus presipitatus
b.      Adanya trauma ataulilitan tali pusat
c.       Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang berlebihan pada saat persalianan.
d.      Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau plasenta sewaktu SC.
2.      Robekan umbilikus normal, biasanya terjhadi karna :
a.       Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematoma tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke dalam plasenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi karna dapat menimbulkan kematian pada bayi.
b.      Varises juga dapat menyebabkan perdarahan ketika varises tersebut pecah.
c.       Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus, yaitu terjadi pelebaran pembuluh darah setempat saja karna salah dalam proses perkembangan atau terjadi kemunduran dinding pembuluh darah. Pada aneurisma, pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah rapuh dan mudah pecah.
3.      Robekan pembuluh darah abnormal
Pada kasus robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomi pembuluh darah seperti berikut ini :
a.       Pembuluh darah abdomen yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan tidak ada perlindungan jely wharton.
b.      Insersi velamentosa tali pusat, yaitu pecanya pembuluh darah pada percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya plasenta. Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda.
c.       Plasenta multilobularis, perdarahan terjadi pada pembuluh darah yang menghubungkan masing – masing lobus dengan jaringan plasenta karena bagian tersebut sangat rapuh dan mudah peceah.
4.      Perdarahan akibat plasenta previa dan aprupsio plasenta
Perdarahan akibat placenta previa dan abrupsio plasenta dapat membahayakan bayi. Plasenta previa cendrung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus abrupsio plasenta lebih sering mengakibatkan kematian intrauterin karena dapat terjadi anoreksia. Lakukan pengamatan plasenta dengan teliti untuk menentukan adanya perdarahan pada bayi baru lahir dan lakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala pada bayi barui lahir dengan kelainan placenta atau dengan SC.
2.3 Gejala perdarahan tali pusat
a. Ikatan tali pusat lepas atau klem pada tali pusat lepas tapi masih menempel pada tali pusat.
b. Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet.
c. Ada cairan yang keluar dari tali pusat. Cairan tersebut bisa berwarna kuning, hijau, atau darah.
d. Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat.
2.4 Penatalaksanaan Perdarahan Tali Pusat
1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi.
2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat.
a. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat. Kenakan popok di bawah tali pusat.
b. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin.
c. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti popok. Gunakan kapas atau cotton bud dan cairan alkohol 70% yang dapat dibeli di apotek.
d. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda. Alkohol yang digunakan tidak menyengat. Bayi akan menangis karena alkohol terasa dingin. Membersihkan tali pusat dengan alkohol dapat membantu mencegah terjadinya infeksi. Hal ini juga akan mempercepat pengeringan dan pelepasan tali pusat.
e. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2 minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat, walaupun sudah terlepas setengah bagian.
f. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat.
3. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan rujukan. Hal ini dilakukan bila terjadi gejala berikut:
a. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu.
b. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
c. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.
d. Bayi menderita demam.
e. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali pusat.
f. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.
g. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.
h. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat. Pendarahan melebihi ukuran luasan uang logam.
i. Pendarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah di tekan.












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdarahan teli pusat merupakan suatu masalah yang lazim terjadi pada bayi yang ditandai dengan adanya cairan (darah) yang keluar di sekitar tali pusat bayi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu robekan umbilikus, robekan pembuluh darah, maupun anemia pada bayi baru lahir akibat kelainan plasenta.
Dapat ditangani dengan tindakan pencegahan infeksi, dan apabila terjadi gejala infeksi pada bayi, segera lakukan rujukan.

3.2 Saran
Hendaknya kita menjaga tali pusat bayi agar tidak basah dengan cara memberikan informasi kepada orang tua bayi untuk tidak mengoleskan alkohol ke tali pusat bayi, cukup dengan mengeringkan pada saat selesai mandi atau bisa dengan di bungkus dengan kasa kering.




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar